- CIPAYUNG PLUS JATIM TOLAK GELAR PAHLAWAN UNTUK SOEHARTO, SEBUT CEDERAI KEADILAN SEJARAH
- Roni Ardianto, Pemberian Gelar Pahlawan kepada Soeharto Adalah Upaya Pemutihan Dosa Politik Orba
- FAM Desak Dinas Sosial Tandai Rumah Penerima Bansos, Soroti Kemiskinan Sumenep
- Puskesmas Pamolokan Luncurkan Inovasi PELITA: Terangi Langkah Ibu Menuju Persalinan Sehat dan Bahagi
- Sindiran Pedas Alif Rofiq di Hari Jadi Sumenep, Dari Migas hingga Infrastruktur Rusak
- Berapa Uang Pemkab Sumenep yang Diendapkan di Bank?
- Ketua DPD KNPI Sumenep: Persatuan Pemuda Bukan Sekadar Kata, Tapi Gerak Nyata
- Semangat Pemuda Tercermin di Kain Batik Canteng Koneng
- Ajang Kalijaga Arabic Fest 2025 Se-ASEAN, Muzakki Harumkan Puncak Darus Salam
- Ada Elit Politik yang Jadi Beking Perkara Rokok Ilegal di Madura
Memudarnya Api Idealisme Mahasiswa: Antara Tuntutan Realita dan Krisis Peran

Keterangan Gambar : Tijanuzaman (Penulis) Kader PMII UNIBA Madura
Sumenep, Angkasatunews.com — Mahasiswa selama ini dikenal sebagai agen perubahan dan penjaga nurani masyarakat. Namun, belakangan ini, semangat idealisme yang dulu begitu menyala tampak mulai meredup.
Gejala ini terlihat dari menurunnya partisipasi mahasiswa dalam isu-isu sosial, politik, maupun lingkungan. Banyak yang kini lebih fokus mengejar prestise pribadi, karier instan, atau sekadar kelulusan cepat, ketimbang memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Baca Lainnya :
- PMII Sebagai Manuver Di Era 5.00
- Skandal Kredit Macet Bank Jatim Sumenep, PAK-S: Elit Politik Dan Pengusaha Lokal Diduga Terlibat0
- Hari Ini, Kejati Jawa Timur Periksa 100 Orang Terkait BSPS Sumenep0
- Dulu Mendukung, Kini Menyesal: AMS Gelar Demonstrasi 100 Hari Kinerja Fauzi-Imam0
- Dari Gong Keramaian: Manding Distrik Festifal 2025 Resmi Dibuka0
Fenomena ini tentu tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial ekonomi yang makin menekan. Mahalnya biaya pendidikan, sulitnya mencari pekerjaan, dan tekanan dari keluarga untuk "cepat sukses" menjadikan mahasiswa lebih pragmatis.
Di sisi lain, organisasi kemahasiswaan yang dulunya menjadi wadah perjuangan kini kerap terjebak dalam politik internal, formalitas, atau bahkan kompromi dengan kekuasaan.
Namun, apakah ini berarti idealisme telah mati? Tidak sepenuhnya. Masih ada segelintir mahasiswa yang tetap kritis dan bergerak, hanya saja mereka tak lagi jadi arus utama.
Tantangannya kini adalah bagaimana membangkitkan kembali kesadaran kolektif mahasiswa, bahwa peran mereka bukan sekadar pencari ijazah, tetapi penyangga masa depan bangsa.
Jika idealisme terus ditinggalkan, maka kita kehilangan generasi penanya—generasi yang berani melawan arus ketika keadaan tidak adil. Maka, perlu ada ruang, dukungan, dan keteladanan untuk menghidupkan kembali nyala api itu di hati mahasiswa. Sebab tanpa idealisme, mahasiswa kehilangan makna sejatinya.
Penulis: Tijanuzaman (Kader PMII UNIBA Madura)










