- Kades Sapeken Dituding Aniaya Perempuan, LSM BIDIK: Jangan Karena Jabatan, Hukum Jadi Mandul
- Kades Sapeken Pamer Jurus Tampar Kilat, Warga Malah Kaget Bukan Kagum
- Kasus Dugaan Penganiayaan Warnai Sapeken, Kades Jadi Terlapor
- UE Desak Israel Batalkan Rencana Pembangunan Permukiman di Area E1, Apa itu Area E1?
- Timnas Indonesia U-17 Bungkam Uzbekistan 2-0 di Piala Kemerdekaan 2025
- Prabowo Akan Sebar 288 Ribu Smart Screen ke Sekolah, Targetkan Pemerataan Pendidikan Digital Pelosok
- Prabowo Siap Benahi BUMN, Potong Jumlah Komisaris Dan Tantiem, Apa Itu Tantiem?
- Sri Mulyani Pastikan Tak Ada Pajak Baru di RAPBN 2026, Fokus pada Reformasi Internal
- Mpok Alpa Tutup Usia, Perjuangan Melawan Kanker dan Warisan Tawa untuk Indonesia
- Pra Day 1 SOeCI Bahaudin Muda 2025 Sukses Digelar, Peserta Membludak Hingga Luar Aula Pesantren
PMII Sebagai Manuver Di Era 5.0

Keterangan Gambar : Tijanuzaman kader militan PMII UNIBA Madura.
Sumenep, Angkasatunews.com — Di tengah pusaran revolusi digital dan transformasi peradaban manusia menuju Society 5.0, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) hadir bukan sekadar sebagai penonton, melainkan sebagai aktor perubahan.
Era 5.0 menuntut manusia untuk tidak hanya cakap secara teknologi, tetapi juga memiliki kepekaan sosial, spiritualitas, dan keberpihakan terhadap kemanusiaan. Di sinilah PMII memposisikan diri: menjadi manuver strategis yang menjembatani nilai-nilai keislaman, keindonesiaan, dan kemajuan zaman.
Sejak berdiri, PMII telah menempa kader-kadernya dengan semangat intelektualitas, spiritualitas, dan keberanian melawan ketidakadilan. Kini, tantangan tak lagi hanya datang dari ketimpangan sosial, tetapi juga dari disrupsi digital yang menggerus nilai-nilai kemanusiaan.
Baca Lainnya :
Maka, PMII harus mampu memanfaatkan teknologi sebagai alat perjuangan, bukan justru terjebak dalam arusnya.
Sebagai manuver di era 5.0, PMII mendorong kader untuk menguasai literasi digital, kecerdasan buatan, dan data, namun tetap berakar pada nilai-nilai Aswaja dan kebangsaan. PMII tidak boleh gagap terhadap perubahan. Justru, perubahan harus direspons dengan inovasi dan kolaborasi.
Di tengah derasnya arus globalisasi dan individualisme digital, PMII hadir membawa misi kolektivitas dan keberpihakan. Menjadi suara kaum tertindas, menjadi penjaga akhlak di ruang-ruang digital, dan menjadi motor gerakan sosial yang solutif.
PMII adalah manuver moral dan intelektual. Di era 5.0, manuver ini harus semakin lincah, visioner, dan relevan. Bukan hanya bertahan, tetapi memimpin perubahan.
Penulis: Tijanuzaman (kader militan PMII UNIBA Madura).