- CIPAYUNG PLUS JATIM TOLAK GELAR PAHLAWAN UNTUK SOEHARTO, SEBUT CEDERAI KEADILAN SEJARAH
- Roni Ardianto, Pemberian Gelar Pahlawan kepada Soeharto Adalah Upaya Pemutihan Dosa Politik Orba
- FAM Desak Dinas Sosial Tandai Rumah Penerima Bansos, Soroti Kemiskinan Sumenep
- Puskesmas Pamolokan Luncurkan Inovasi PELITA: Terangi Langkah Ibu Menuju Persalinan Sehat dan Bahagi
- Sindiran Pedas Alif Rofiq di Hari Jadi Sumenep, Dari Migas hingga Infrastruktur Rusak
- Berapa Uang Pemkab Sumenep yang Diendapkan di Bank?
- Ketua DPD KNPI Sumenep: Persatuan Pemuda Bukan Sekadar Kata, Tapi Gerak Nyata
- Semangat Pemuda Tercermin di Kain Batik Canteng Koneng
- Ajang Kalijaga Arabic Fest 2025 Se-ASEAN, Muzakki Harumkan Puncak Darus Salam
- Ada Elit Politik yang Jadi Beking Perkara Rokok Ilegal di Madura
GMNI: Menyongsong 80 Tahun Kemerdekaan dengan Nafas Trisakti

Peringatan HUT ke-80 RI pada Minggu (17/8/2025) menjadi momen refleksi, bukan sekadar seremoni. Ketua DPD GMNI Jawa Timur, Hendra Prayogi, menyebut delapan dekade kemerdekaan sebagai kesempatan meninjau pencapaian bangsa sekaligus merumuskan arah masa depan.
“Semangat kemerdekaan harus terus relevan bagi lintas generasi. Cita-cita proklamasi tidak boleh berhenti sebagai simbol, melainkan pedoman nyata pembangunan,” ujarnya.
Baca Lainnya :
- Heboh Bendera One Pice Berkibar Di Bulan Kemerdekaan, Pemerintah Peringatkan Soal Ancaman Pidana0
- Megawati Merasa Prihatin Kondisi KPK: Presiden Harus Turun Tangan0
- Tom Lembong Nilai Abolisi Sebagai Pemulihan Nama Baik0
- Hasto Kristiyanto Tinggalkan Rutan KPK, Siap Lapor ke Megawati0
- Presiden Prabowo Tetapkan 18 Agustus 2025 sebagai Hari Libur Bersama Usai HUT ke-80 RI0
Menurut Hendra, GMNI yang sejak 1954 berdiri di atas Marhaenisme Bung Karno—selalu terikat dengan denyut sejarah bangsa. Kedekatan antara HUT RI ke-80 dan Dies Natalis GMNI ke-70 disebutnya sebagai simbol keterjalinan itu.
Trisakti Bung Karno, selanjutnya, tetap menjadi kompas perjuangan: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. GMNI, kata Hendra, memaknai Trisakti bukan sekadar slogan, melainkan panduan praktis mengawali kebijakan publik, menggerakkan aksi sosial, dan menjaga budaya nasional.
Program nyata pun digulirkan, mulai dari Kader Bina Desa, Koperasi Desa Merah Putih, hingga dukungan UMKM dan pagelaran seni rakyat. “Budaya bukan sekedar warisan, ia fondasi perjuangan,” tegasnya.
Di era digital, Hendra menilai tantangan bangsa tidak lebih berupa kolonialisme bersenjata, melainkan arus globalisasi, disrupsi teknologi, dan ancaman ideologi. “GMNI harus beradaptasi, tetap lantang menyuarakan rakyat, dan menjaga relevansi Marhaenisme,” tutupnya. (Adm )










