- GMNI: Menyongsong 80 Tahun Kemerdekaan dengan Nafas Trisakti
- Khidmat! PP. Puncak Darussalam Gelar Upacara HUT ke-80 RI
- Kades Sapeken Dituding Aniaya Perempuan, LSM BIDIK: Jangan Karena Jabatan, Hukum Jadi Mandul
- Kades Sapeken Pamer Jurus Tampar Kilat, Warga Malah Kaget Bukan Kagum
- Kasus Dugaan Penganiayaan Warnai Sapeken, Kades Jadi Terlapor
- UE Desak Israel Batalkan Rencana Pembangunan Permukiman di Area E1, Apa itu Area E1?
- Timnas Indonesia U-17 Bungkam Uzbekistan 2-0 di Piala Kemerdekaan 2025
- Prabowo Akan Sebar 288 Ribu Smart Screen ke Sekolah, Targetkan Pemerataan Pendidikan Digital Pelosok
- Prabowo Siap Benahi BUMN, Potong Jumlah Komisaris Dan Tantiem, Apa Itu Tantiem?
- Sri Mulyani Pastikan Tak Ada Pajak Baru di RAPBN 2026, Fokus pada Reformasi Internal
GMNI: Menyongsong 80 Tahun Kemerdekaan dengan Nafas Trisakti

Peringatan HUT ke-80 RI pada Minggu (17/8/2025) menjadi momen refleksi, bukan sekadar seremoni. Ketua DPD GMNI Jawa Timur, Hendra Prayogi, menyebut delapan dekade kemerdekaan sebagai kesempatan meninjau pencapaian bangsa sekaligus merumuskan arah masa depan.
“Semangat kemerdekaan harus terus relevan bagi lintas generasi. Cita-cita proklamasi tidak boleh berhenti sebagai simbol, melainkan pedoman nyata pembangunan,” ujarnya.
Baca Lainnya :
- Heboh Bendera One Pice Berkibar Di Bulan Kemerdekaan, Pemerintah Peringatkan Soal Ancaman Pidana0
- Megawati Merasa Prihatin Kondisi KPK: Presiden Harus Turun Tangan0
- Tom Lembong Nilai Abolisi Sebagai Pemulihan Nama Baik0
- Hasto Kristiyanto Tinggalkan Rutan KPK, Siap Lapor ke Megawati0
- Presiden Prabowo Tetapkan 18 Agustus 2025 sebagai Hari Libur Bersama Usai HUT ke-80 RI0
Menurut Hendra, GMNI yang sejak 1954 berdiri di atas Marhaenisme Bung Karno—selalu terikat dengan denyut sejarah bangsa. Kedekatan antara HUT RI ke-80 dan Dies Natalis GMNI ke-70 disebutnya sebagai simbol keterjalinan itu.
Trisakti Bung Karno, selanjutnya, tetap menjadi kompas perjuangan: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. GMNI, kata Hendra, memaknai Trisakti bukan sekadar slogan, melainkan panduan praktis mengawali kebijakan publik, menggerakkan aksi sosial, dan menjaga budaya nasional.
Program nyata pun digulirkan, mulai dari Kader Bina Desa, Koperasi Desa Merah Putih, hingga dukungan UMKM dan pagelaran seni rakyat. “Budaya bukan sekedar warisan, ia fondasi perjuangan,” tegasnya.
Di era digital, Hendra menilai tantangan bangsa tidak lebih berupa kolonialisme bersenjata, melainkan arus globalisasi, disrupsi teknologi, dan ancaman ideologi. “GMNI harus beradaptasi, tetap lantang menyuarakan rakyat, dan menjaga relevansi Marhaenisme,” tutupnya. (Adm )