- Ketua DPRD dan Wakil Ketua Bamsus Sumenep Klarifikasi Soal Pemberitaan Pembahasan RAPBD 2026
- Anggaran Porprov Jawa Timur Tak Kunjung Cair, KONI Sumenep Terpaksa Gunakan Dana Hibah Keolahragaan
- Polres Sumenep Gelar Operasi Patuh Semeru 2025, Fokus pada Tujuh Pelanggaran Prioritas
- Diplomasi Bernuansa Hangat di Ozyorny: Prabowo dan Lukashenko Bahas Strategi Baru RI-Belarus
- Rencana Akuisisi Gagal, Pendiri Windsurf Justru Bergabung ke Google DeepMind
- Kejagung dan Dewan Pers Teken MoU, Perkuat Kolaborasi Penegakan Hukum dan Kemerdekaan Pers
- Raas Pulau Genangan; Ketika Keadilan Hanya Sebatas Semboyan Pilkada
- Tiga Pengguna Sabu Diamankan di RSUD Abuya, Iip Suriyanto: Ini Tamparan Keras bagi Dunia Kesehatan
- Perkuat Komitmen Membangun Madura, UNIBA Madura Tambah Tiga Program Studi Strategis
- 700 Alumni Hadiri Reuni Akbar Mathlabul Ulum 2025, KH Imam Hodri TF: Tekankan Soliditas dan Loyalita
Diplomasi Bernuansa Hangat di Ozyorny: Prabowo dan Lukashenko Bahas Strategi Baru RI-Belarus

Angkasatunews -Dalamsebuah langkah diplomasi yang mengejutkan namun strategis, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto melakukan kunjungan mendadak ke Republik Belarus pada Selasa, 15 Juli 2025. Singgah usai kunjungan resmi ke Prancis, Prabowo diterima secara pribadi oleh Presiden Aleksandr Lukashenko di kediaman resminya di Ozyorny, kawasan tenang di pinggiran Minsk. Kunjungan ini bukan sekadar persinggahan transit, melainkan bagian dari manuver geopolitik yang mulai menampakkan wajah baru kebijakan luar negeri Indonesia di bawah pemerintahan Prabowo.
Pertemuan selama tiga jam antara kedua kepala negara berlangsung dalam suasana informal, jauh dari panggung diplomasi konvensional. Kedekatan personal tampak jelas, dengan Lukashenko menyambut Prabowo layaknya tamu kehormatan keluarga. “Setelah restorasi rumah ini, hanya Presiden Putin yang sempat berkunjung. Dan kini Anda, Presiden Prabowo,” ujar Lukashenko, sembari menyebut bahwa bahkan Presiden Tiongkok Xi Jinping pernah menginjakkan kaki di rumah tersebut sebelum renovasi.
Secara simbolik, undangan ke rumah pribadi itu menandakan kedekatan yang jarang diberikan kepada pemimpin negara asing. Ini menandai potensi pendekatan baru antara Belarus dan Indonesia, dua negara yang selama ini tak memiliki sejarah kerja sama yang menonjol. Namun dinamika global—mulai dari perang Ukraina-Rusia hingga krisis pangan dan pupuk global—mendorong masing-masing negara mencari sekutu strategis baru di luar poros tradisionalnya.
Baca Lainnya :
- Rencana Akuisisi Gagal, Pendiri Windsurf Justru Bergabung ke Google DeepMind0
- Kejagung dan Dewan Pers Teken MoU, Perkuat Kolaborasi Penegakan Hukum dan Kemerdekaan Pers0
- LBH Ansor Jawa Timur Siap Mengawal Kasus Kematian Afan, Siswa SMK Raden Rahmat Mojosari0
- Covid-19 Kembali Terdeteksi Di Indonesia, Pemerintah Himbau Masyarakat0
- Kredit Fiktif Mengemuka, PAK-S Dan DPRD Jatim Soroti Integritas Bank Jatim0
Isu Strategis dan Kepentingan Bersama
Dalam pertemuan tersebut, kedua presiden membahas berbagai isu strategis, dengan penekanan pada potensi kerja sama di sektor perdagangan dan ketahanan pangan. Prabowo secara terbuka menyebut kebutuhan Indonesia terhadap pasokan pupuk, khususnya potas, yang selama ini menjadi komoditas unggulan Belarus.
“Belarus butuh banyak komoditas dari kita dan kita juga membutuhkan mereka, terutama untuk pupuk dan potas,” ujar Prabowo kepada awak media saat tiba kembali di Jakarta, di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma.
Isu ini menjadi sangat penting di tengah krisis pupuk global yang berdampak langsung pada produksi pangan. Sementara itu, Belarus tengah mencari pasar baru untuk komoditasnya di tengah tekanan sanksi internasional terhadap Rusia dan sekutunya.
Membangun Poros Alternatif
Kunjungan Prabowo ke Belarus juga mencerminkan sebuah arah diplomasi non-blok yang lebih aktif dan pragmatis. Di tengah ketegangan antara blok Barat dan Timur, Indonesia di bawah Prabowo tampak mencoba menavigasi kepentingannya secara independen, mengedepankan kerja sama berbasis kepentingan ekonomi dan strategis.
Undangan Prabowo kepada Presiden Lukashenko untuk berkunjung ke Indonesia juga menunjukkan niat jangka panjang untuk mempererat hubungan bilateral. Lukashenko pun merespons positif. “Saya menantikan untuk kembali ke Indonesia,” ujarnya dengan senyum, merujuk pada kunjungannya terakhir pada 2013.
Diplomasi yang Tak Sekadar Seremoni
Yang juga menarik dari pertemuan ini adalah pendekatan personal yang digunakan. Prabowo, yang dikenal memiliki gaya komunikasi langsung dan terbuka, tampaknya menggunakan jalur hubungan antarpribadi sebagai pintu masuk kerja sama yang lebih luas. Pendekatan ini bisa menjadi gaya baru dalam diplomasi Indonesia yang lebih cair namun tetap strategis.
Kehadiran Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya dalam kunjungan ini mengisyaratkan bahwa pembahasan tidak berhenti di tataran simbolik, namun akan ditindaklanjuti dalam level birokrasi untuk merealisasikan peluang kerja sama yang dibicarakan.