- Raas Pulau Genangan; Ketika Keadilan Hanya Sebatas Semboyan Pilkada
- Tiga Pengguna Sabu Diamankan di RSUD Abuya, Iip Suriyanto: Ini Tamparan Keras bagi Dunia Kesehatan
- Perkuat Komitmen Membangun Madura, UNIBA Madura Tambah Tiga Program Studi Strategis
- 700 Alumni Hadiri Reuni Akbar Mathlabul Ulum 2025, KH Imam Hodri TF: Tekankan Soliditas dan Loyalita
- BEM KM UNIBA Madura Gelar Seminar Pencegahan Narkotika bertajuk: Muda Berkarya Tanpa Narkoba
- Abdillah Rosyid dan Nur Intan Hamida Universe Keluar Sebagai Winner Potra Potre Budaya Madura 2025
- Tolak Survei Seismik Migas Kangean, GMK Gelar Demonstrasi: Kangean Bukan Ladang Eksploitasi!
- Warga Curiga PR Madu Wangi Produksi Rokok Hantu: Bea Cukai Diminta Bertindak
- M. Wakil menjadi delegasi UNIBA Madura laksanakan sosialisasi internasional di krabi Thailand.
- Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kota Sumenep Gelar Khitan Massal Anak Sholih ke-4
Raas Pulau Genangan; Ketika Keadilan Hanya Sebatas Semboyan Pilkada
oleh : Ach. Hidayaturrahman

Keterangan Gambar : Raas Pulau Genangan; Ketika Keadilan Hanya Sebatas Semboyan Pilkada
Angkasatunews.com - Kondisi infrastruktur jalan di Kepulauan Raas, Sumenep, Jawa Timur, kini mencapai titik kritis yang sangat memprihatinkan. Sebagai lalulintas utama aktivitas harian masyarakat, kerusakan ini tak hanya menghambat mobilitas, tetapi juga secara langsung mengancam keselamatan pengguna jalan. Aspirasi dan keluhan warga telah berulang kali disuarakan, namun pertanyaan mendasar tetap menggantung: seberapa besar perhatian terhadap kesenjangan infrastruktur di wilayah kepulauan ini, dan sejauh mana aspirasi warga benar-benar didengar?
Dampak Nyata pada Mobilitas dan Kehidupan Warga
Masyarakat Kepulauan Raas tak bisa menyembunyikan kekecewaan mendalam mereka terhadap minimnya perbaikan infrastruktur jalan. Lubang-lubang besar dan permukaan yang bergelombang telah menjadi pemandangan sehari-hari di beberapa titik pada ruas jalan utama. Kondisi ini secara langsung berakibat pada waktu tempuh yang lebih lama, peningkatan risiko kerusakan kendaraan, dan potensi kecelakaan yang lebih tinggi. Saat musim hujan, lubang-lubang yang terisi air bahkan menjadi jebakan tak kasat mata, meningkatkan bahaya bagi setiap pengendara.
Baca Lainnya :
- Tiga Pengguna Sabu Diamankan di RSUD Abuya, Iip Suriyanto: Ini Tamparan Keras bagi Dunia Kesehatan0
- Perkuat Komitmen Membangun Madura, UNIBA Madura Tambah Tiga Program Studi Strategis0
- 700 Alumni Hadiri Reuni Akbar Mathlabul Ulum 2025, KH Imam Hodri TF: Tekankan Soliditas dan Loyalita0
- BEM KM UNIBA Madura Gelar Seminar Pencegahan Narkotika bertajuk: Muda Berkarya Tanpa Narkoba0
- Abdillah Rosyid dan Nur Intan Hamida Universe Keluar Sebagai Winner Potra Potre Budaya Madura 20250
Kesenjangan Pembangunan: Antara Janji dan Realita
Kesenjangan infrastruktur di wilayah kepulauan seringkali menjadi isu yang terpinggirkan dalam prioritas pembangunan. Ironisnya, wilayah ini justru kerap menjadi narasi utama dalam agenda politik, terutama saat momentum pemilihan kepala daerah. Namun, masyarakat tentu tidak mengharapkan narasi fiktif dari mimbar politik, pun mereka tidak memilih seorang pendongeng di bilik suara. Situasi ini mestinya menjadi bahan refleksi kolektif mengenai makna keadilan, yang tampaknya masih sebatas semboyan tanpa implementasi nyata di lapangan.
Beban Ekonomi dan Insiden Tragis yang Tak Terhindarkan
Kerusakan jalan di wilayah ini bukan sekadar goresan aspal, melainkan luka menganga yang menggerogoti denyut nadi perekonomian lokal. Bayangkan para kurir paket, yang setiap hari menjadi urat nadi distribusi, harus berjibaku melintasi medan yang lebih mirip kubangan daripada jalan. Sehingga menambah beban biaya operasional dan usia kendaraan mereka. Ini bukan hanya soal kerugian materi; ini adalah pertaruhan nyawa.
Tragisnya, duka mendalam menyelimuti Warga Desa Ketupat. Sebuah keluarga harus menelan kenyataan pahit ketika jalanan rusak menjelma penghalang maut bagi pasien yang membutuhkan pertolongan medis segera, dalam perjalanan ke Pusat Kesehatan Masyarakat Raas, yang seharusnya hanya ditempuh (15-20 menit), terasa seperti menjelajahi lorong waktu yang tak berujung, hingga membengkak menjadi 40-50 menit, namun terjebak dalam labirin lubang dan goncangan, sebuah kelambatan yang berakibat fatal.
Masyarakat Raas berharap pemerintah daerah segera mengambil langkah konkret untuk memperbaiki infrastruktur vital ini. Perbaikan jalan bukan hanya tentang kelancaran transportasi, tetapi juga tentang menjamin keselamatan dan kesehatan warga. Tanpa perhatian serius, Raas akan terus menjadi 'pulau genangan'—sebuah cerminan pahit bahwa keadilan masih sebatas semboyan pilkada bagi ribuan warga di ujung timur Sumenep ini.