- Ketua DPRD dan Wakil Ketua Bamsus Sumenep Klarifikasi Soal Pemberitaan Pembahasan RAPBD 2026
- Anggaran Porprov Jawa Timur Tak Kunjung Cair, KONI Sumenep Terpaksa Gunakan Dana Hibah Keolahragaan
- Polres Sumenep Gelar Operasi Patuh Semeru 2025, Fokus pada Tujuh Pelanggaran Prioritas
- Diplomasi Bernuansa Hangat di Ozyorny: Prabowo dan Lukashenko Bahas Strategi Baru RI-Belarus
- Rencana Akuisisi Gagal, Pendiri Windsurf Justru Bergabung ke Google DeepMind
- Kejagung dan Dewan Pers Teken MoU, Perkuat Kolaborasi Penegakan Hukum dan Kemerdekaan Pers
- Raas Pulau Genangan; Ketika Keadilan Hanya Sebatas Semboyan Pilkada
- Tiga Pengguna Sabu Diamankan di RSUD Abuya, Iip Suriyanto: Ini Tamparan Keras bagi Dunia Kesehatan
- Perkuat Komitmen Membangun Madura, UNIBA Madura Tambah Tiga Program Studi Strategis
- 700 Alumni Hadiri Reuni Akbar Mathlabul Ulum 2025, KH Imam Hodri TF: Tekankan Soliditas dan Loyalita
Rencana Akuisisi Gagal, Pendiri Windsurf Justru Bergabung ke Google DeepMind

Angkasatunews.com — Upaya OpenAI untuk mengakuisisi startup AI khusus pengembangan kode, Windsurf, dengan nilai US\$3 miliar, dipastikan kandas. Tanpa diduga, Google DeepMind justru menyalip langkah OpenAI dengan merekrut para pendiri Windsurf.
CEO sekaligus Co-Founder Windsurf, Varun Mohan dan Douglas Chen, bersama sejumlah peneliti dari startup tersebut, kini resmi bergabung ke Google.
Yang menarik, Google tidak mengambil alih kepemilikan saham di Windsurf maupun mengontrol operasional perusahaan itu.
Baca Lainnya :
- Mahasiswa UNIBA Madura Lakukan Company Visit ke PT Garam Darma Camplong Sampang0
- LBH Ansor Jawa Timur Siap Mengawal Kasus Kematian Afan, Siswa SMK Raden Rahmat Mojosari0
- Bangun Sinergi, DPD KNPI Sumenep Jalin Silaturrahim dengan Kapolres Baru0
- WhatsApp Web Siapkan Fitur Baru untuk Kelola Media0
- Kanselir Jerman Kritik Keras Israel, Sikap Berlin Mulai Bergeser? 0
Namun, sebagai bagian dari kesepakatan, Google mendapatkan lisensi non-eksklusif atas sebagian teknologi milik Windsurf. Dengan begitu, Windsurf tetap memiliki keleluasaan untuk melisensikan teknologi tersebut ke pihak lain.
"Kami senang menyambut sejumlah talenta pemrograman AI terbaik dari tim Windsurf ke Google DeepMind guna mendorong kemajuan dalam pengembangan agentic coding," kata juru bicara Google, Chris Pappas, dalam email, dikutip dari TechCrunch, Rabu (16/7/2025).
Bloomberg melaporkan, Google membayar sekitar US\$2,4 miliar guna memperoleh lisensi teknologi Windsurf serta merekrut talenta kuncinya.
Kesepakatan ini mencerminkan tren baru di industri AI, yakni strategi reverse acquihire, di mana perusahaan besar memilih merekrut individu-individu penting dari startup serta melisensikan teknologinya, alih-alih membeli perusahaan secara penuh.
Windsurf sebelumnya menjadi incaran berbagai perusahaan AI besar. Startup ini berkembang pesat, dengan pendapatan tahunan berulang mencapai US\$100 juta hanya dalam beberapa bulan. OpenAI yang sempat menjadi kandidat utama, akhirnya tersingkir setelah masa eksklusivitas penawarannya berakhir—dan langsung disalip Google.
Menurut laporan Wall Street Journal, kegagalan akuisisi Windsurf juga memicu ketegangan dalam negosiasi ulang antara OpenAI dan mitra utamanya, Microsoft.
Meski saat ini Microsoft memiliki akses ke seluruh kekayaan intelektual OpenAI, pihak OpenAI enggan jika Microsoft juga ikut menguasai teknologi pemrograman AI dari Windsurf.
Kini Windsurf berada di persimpangan penting. Sebagian besar timnya—sekitar 250 orang—tetap bertahan dan akan terus melayani klien enterprise. Namun, tanpa kehadiran para pendirinya, arah masa depan perusahaan ini masih penuh ketidakpastian.