- Ibu, Sang Pemilik Label Surga di Telapak Kakinya
- Hari Ibu 2025, Self Make Up Srikandi IKAPMII Sumenep Didukung Arina Hidayah Skin Care
- DPD GMNI Jatim Buka Rapimda di Ngawi, Tekankan Regenerasi Kader dan Penguatan Nasionalisme
- Kapal Pusling Kangayan Pindah Kepemilikan, Formaka Audiensi DKP2KB
- Hari HAM : dr. Erliyati Tegaskan Kesehatan Adalah Hak Setiap Manusia
- Tolak Amir Laporkan Dugaan Penyalahgunaan BBM Subsidi di SPBU Gedungan
- Didik Haryanto : Korupsi Itu Menghancurkan Rakyat, Hukuman Harus Menggigit
- Dipuji Pengunjung, Titik Temu Coffee Jadi Rekomendasi Tempat Nongkrong di Sumenep
- Pengadaan Tablet DPRD Sumenep Disorot : Anggota Dewan Sudah Menerima Perangkat Baru?
- Benefit Beasiswa: HIMAKSI UNIBA Madura Tantang Pelajar Akuntansi Se-Madura Di Lomba SBAC 2025
Ibu, Sang Pemilik Label Surga di Telapak Kakinya

Hari ini, Hari Ibu, bukan sekadar penanda tanggal dalam kalender. Ia adalah momentum untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia, menundukkan hati, dan menoleh kepada satu sosok yang jasanya sering kali terucap namun jarang benar-benar direnungi ibu. Peringatan Hari Ibu sejatinya adalah pengingat nurani, bahwa ada cinta paling setia yang telah membersamai hidup kita sejak belum mampu menyebut nama sendiri.
Ibu adalah satu-satunya manusia yang Allah dan Rasul-Nya angkat derajatnya dengan label kehormatan agung, “surga berada di telapak kakinya.” Sebuah kemuliaan yang tidak disematkan kepada penguasa, orang kaya, atau tokoh besar, melainkan kepada seorang perempuan yang rela mengorbankan hidupnya demi kehidupan orang lain. Label ini bukan simbol kosong, melainkan pengakuan atas perjuangan panjang yang dijalani seorang ibu, sering kali dalam sunyi dan tanpa sorotan.
Pengorbanan Tanpa Pamrih
Baca Lainnya :
- Hari Ibu 2025, Self Make Up Srikandi IKAPMII Sumenep Didukung Arina Hidayah Skin Care0
- DPD GMNI Jatim Buka Rapimda di Ngawi, Tekankan Regenerasi Kader dan Penguatan Nasionalisme0
- Kapal Pusling Kangayan Pindah Kepemilikan, Formaka Audiensi DKP2KB0
- Hari HAM : dr. Erliyati Tegaskan Kesehatan Adalah Hak Setiap Manusia0
- Tolak Amir Laporkan Dugaan Penyalahgunaan BBM Subsidi di SPBU Gedungan0
Hari Ibu mengajak kita mengenang kembali pengorbanan ibu yang tak pernah meminta balasan. Sejak mengandung, melahirkan, hingga membesarkan, ibu menukar kenyamanan dengan tanggung jawab, dan menukar lelahnya dengan senyum anak. Tidurnya tak lagi nyenyak, waktunya tak lagi utuh milik sendiri. Namun semua itu dijalani dengan lapang dada. Ibu tidak menuntut pujian, tidak menagih jasa. Bahkan ketika anaknya tumbuh dan melangkah jauh, ibu tetap memberi—dalam bentuk perhatian, kekhawatiran, dan cinta yang tak berkurang sedikit pun.
Cinta yang Tak Pernah Gagal
Cinta ibu adalah cinta yang paling konsisten. Ia tidak bergantung pada keadaan, tidak pudar oleh jarak, dan tidak runtuh oleh kesalahan anak. Hari Ibu menjadi pengingat bahwa di saat dunia menilai kita dari prestasi dan kegagalan, ibu mencintai kita apa adanya. Dalam marahnya ada kepedulian, dalam diamnya ada doa, dan dalam nasihatnya tersimpan harapan besar. Cinta ibu mungkin tidak selalu terdengar indah, tetapi ia selalu bekerja tanpa henti, menjaga dan menguatkan.
Peran Ganda yang Kompleks di Tengah Zaman
Di era sekarang, peran ibu semakin kompleks dan menantang. Ibu bukan hanya pengasuh, tetapi juga pendidik pertama, penjaga akhlak, penanam nilai, dan penyeimbang emosi keluarga. Di tengah derasnya arus teknologi dan perubahan sosial, ibu menjadi benteng utama pembentukan karakter anak. Ia belajar tanpa bangku sekolah, mengajar tanpa panggung, dan berjuang tanpa tepuk tangan. Hari Ibu mengingatkan kita bahwa ketangguhan generasi hari ini tak lepas dari keteguhan ibu dalam mendidik dengan cinta dan keteladanan.
Doa Ibu, Setara Wali Qutub
Di Hari Ibu ini, kita juga diajak merenungi kekuatan doa ibu. Doa yang lahir dari hati paling tulus, dari air mata yang jatuh dalam keheningan. Dalam keyakinan umat Islam, doa ibu dipercaya memiliki kedudukan istimewa—bahkan disetarakan dengan doa para wali. Doa ibu sering kali menjadi perisai di saat bahaya, menjadi jalan di saat buntu, dan menjadi cahaya di saat gelap. Banyak keberhasilan dan keselamatan anak yang sejatinya adalah buah dari munajat seorang ibu yang tak pernah putus.
Hari Ibu bukan hanya tentang memberi bunga, ucapan, atau unggahan kata-kata indah. Lebih dari itu, Hari Ibu adalah panggilan untuk menambah bakti, memperbaiki sikap, dan menghadirkan kebahagiaan bagi ibu, selagi Allah masih memberi kesempatan. Sebab ridha ibu adalah pintu ridha Allah, dan murkanya adalah peringatan yang tak boleh diremehkan.
Maka di Hari Ibu ini, marilah kita belajar lebih sabar kepada ibu, lebih lembut dalam berkata, dan lebih cepat dalam berbuat baik. Jika ibu masih ada, muliakan ia. Jika ibu telah tiada, kirimkan doa terbaik untuknya. Karena sesungguhnya, surga bukan sekadar janji, ia adalah tujuan yang salah satu jalannya bernama ibu.
Penulis:
Ibu Maryatun
Kepala RA Al-Falah Lenteng Barat, Sumenep










