- Ibu, Sang Pemilik Label Surga di Telapak Kakinya
- Hari Ibu 2025, Self Make Up Srikandi IKAPMII Sumenep Didukung Arina Hidayah Skin Care
- DPD GMNI Jatim Buka Rapimda di Ngawi, Tekankan Regenerasi Kader dan Penguatan Nasionalisme
- Kapal Pusling Kangayan Pindah Kepemilikan, Formaka Audiensi DKP2KB
- Hari HAM : dr. Erliyati Tegaskan Kesehatan Adalah Hak Setiap Manusia
- Tolak Amir Laporkan Dugaan Penyalahgunaan BBM Subsidi di SPBU Gedungan
- Didik Haryanto : Korupsi Itu Menghancurkan Rakyat, Hukuman Harus Menggigit
- Dipuji Pengunjung, Titik Temu Coffee Jadi Rekomendasi Tempat Nongkrong di Sumenep
- Pengadaan Tablet DPRD Sumenep Disorot : Anggota Dewan Sudah Menerima Perangkat Baru?
- Benefit Beasiswa: HIMAKSI UNIBA Madura Tantang Pelajar Akuntansi Se-Madura Di Lomba SBAC 2025
Didik Haryanto : Korupsi Itu Menghancurkan Rakyat, Hukuman Harus Menggigit

SUMENEP, - Ketua LSM Bidik, Didik Haryanto, kembali menyuarakan kritik keras terhadap maraknya praktik korupsi di momentum Hari Antikorupsi Sedunia, 9 Desember. Menurutnya, korupsi tidak cukup diberantas hanya dengan regulasi, tetapi harus diberi efek jera yang kuat.
Dalam penyampaiannya, Didik menegaskan bahwa usulan yang sering ia lontarkan, yakni “korupsi kecil potong jari, korupsi besar potong tangan” bukanlah ajakan kekerasan, tetapi sindiran tajam yang menggambarkan betapa beratnya dampak korupsi terhadap rakyat.
“Itu bahasa sindiran. Maksudnya, sanksi korupsi harus benar-benar tegas. Karena kerugian rakyat jauh lebih menyakitkan daripada sekadar jari atau tangan yang hilang. Korupsi itu merampas hak hidup banyak orang,” ujar Didik.
Baca Lainnya :
- Dipuji Pengunjung, Titik Temu Coffee Jadi Rekomendasi Tempat Nongkrong di Sumenep0
- Pengadaan Tablet DPRD Sumenep Disorot : Anggota Dewan Sudah Menerima Perangkat Baru? 0
- Benefit Beasiswa: HIMAKSI UNIBA Madura Tantang Pelajar Akuntansi Se-Madura Di Lomba SBAC 20250
- Travel Haji & Umroh RWG Tekankan Pelayanan Terbaik Untuk Jamaah0
- Baznas Sumenep Gelar Rakor UPZ, Wabup Tekankan Optimalisasi dan Transparansi Pengelolaan ZIS0
Menurutnya, praktik korupsi yang seolah tak pernah berhenti menunjukkan bahwa hukuman selama ini masih belum menimbulkan rasa takut.
“Kalau hukum tidak tegas, koruptor akan tetap tertawa. Saya pakai istilah potong jari dan potong tangan itu agar publik sadar: korupsi bukan kejahatan biasa. Korupsi itu pembunuh masa depan bangsa,” tegasnya.
Didik menegaskan bahwa gagasan hukuman keras itu pada intinya ingin mengembalikan masyarakat pada moral dasar Pancasila.
“Kalau semua orang memahami Pancasila, tidak perlu ada hukuman ekstrim. Tidak akan ada yang berani korupsi. Pancasila adalah tameng moral yang paling kuat,” katanya.
Ia memaparkan kembali bahwa setiap sila dalam Pancasila sebenarnya adalah benteng antikorupsi: mulai dari integritas ketuhanan, keadilan, persatuan, musyawarah yang bersih, hingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Menutup pernyataannya, Didik mengajak masyarakat untuk menjadikan Hari Antikorupsi sebagai momentum perenungan dan perbaikan.
“Sudah cukup rakyat jadi korban. Kalau tidak mau koruptor ‘dipotong jari’, ya jangan korupsi. Artinya: tanamkan nilai Pancasila, jujur, dan jangan khianati rakyat,” pungkasnya. (Adm)









